MENCAPAI MAQAM SI PAHIT LIDAH (Bagian 2)

اللهم صل على سيدنا محمد صلاة تجعلنا بها من المتواضعين

Oke…. Menjadi si pahit lidah alias manusia super yang setiap ucapannya berubah nyata memang menyenangkan, tapi hanya sekedar membicarakan orang saja tidaklah semenarik menjadikan diri bagian darinya, ya nggak? Ya iyalah, ha-ha-ha

Ayo…. Kita koncei bersama, paling tidak tahapan awal dari keberhasilan sudah kita dapat kan, yakni pengetahuan bahwa untuk itu diperlukan SIFAT TAWADHU, yang berarti rentetannya adalah JANGAN SOMBONG. Yang artinya sama dengan kembalilah ke sifat asal, FAQIR. Yaitu lemah hina bodoh tak mampu apa2. Dan ternyata kelemahan itulah sebesar-besarnya kekuatan.

Tanpa bertele kata lagi, mari kita bahas. Ada paling tidak dua kategori utama latihan dalam mengejawantahkan sifat tawadhu itu.

Satu, secara fisik bisa diupayakan dengan memposisikan fisik kita dalam posisi yang rendah, itu akan mempengaruhi jiwa (note : bahasa lain dari semua yang tak kasat mata) agar melembah. Coba bayangkan! Bisa gak orang yang berkacak pinggang kemudian merasa diri hina? Kayaknya tidak.
Termasuk bagian dari fisik ini adalah suara, usahakan selalu bersuara rendah. Sama sebagaimana fisik tadi, suara rendah akan memaksa jiwa untuk merendah. Bayangkan kita marah namun suara kita, kita paksa dan pertahankan ritmenya pelan dan nadanya rendah, kayaknya susah kita akan marah dalam jangka waktu yang lama, ya nggak? Hahahaha…. Demikian pula dengan senyum, aturan nafas yang pelan dan panjang, itu semua adalah sarana latihan fisik guna melatih sifat TAWADHU.

Yaa ayyuhalladziina amanuu, quu anfusakum. (Al-Qur’an)
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah nafasmu.
Coba perhatikan….. Ternyata benar terjadi, pengaruh kejiwaan itu terlihat pula pada struktur nafas kita. Disaat tenang santai nafas kita cenderung pelan dan panjang, namun disaat marah jengkel nggrundel nafas kita cenderung cepat dan pendek hingga tersengal-sengal. (Bukan pas gituan loh ya, Hahaha….).

Jadi….
Jagalah nafas! Niscaya terjaga pula jiwamu. Ingat ya…. Jiwa disini mewakili apa apa yang tak kasat mata dengan varian istilahnya, seperti hati, qolbu, ruh, sir, Fuad, atau lainnya. Nafas yang tenang berarti Jiwa yang tenang, dan jiwa yang tenang berarti sifat yang terpuji. Sesimpel itu.

Lebih sederhananya lagi gimana mas?
Ingin memiliki sifat terpuji seperti TAWADHU, kendalikan nafasmu!

Oke, tidak berlama-lama, kita swit kebagian dua. LANGSUNG KENDALIKAN JIWAMU!

wah…. Ini yang rumit om? Oh… Tidak juga. Cuma butuh tekad yang kuat.
Gimana cara atau aplikasinya?
Ya … Langsung saja, ketemu siapa atau apa saja, hlep…. bilang dalam hati dengan sepenuh hati, “aku tidak lebih baik” muncul perasaan yang lain, langsung putar ulang “aku tidak lebih baik” selalu begitu. Perputaran berulang atas kejadian yang berpotensi diri meninggi dan kemudian dikembalikan ke NOL ini disebut TOBAT. Kembali netral, kembali ke NOL. Dan kejadian berulang usaha mengenalkan diri ini bagi pelakunya disebut TAWWABIN, orang yang selalu kembali.

INNALLAHA YUHIBBUT TAWWABIN (Al-Qur’an)
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu kembali.

Selamat berlatih….

اللهم صل على سيدنا محمد صلاة تجعلنا بها من التوابين

Tinggalkan komentar