MAKRIFAT JALAN TOL, GIMANA CARANYA?….

Ingin berhasil? Ya
Ingin sukses? Ya
Ingin cepat? Ya
Ya sudah, lakukan dengan cepat.

Hahahaha…. Kalau tahu, ya dari dahulu sudah dilakukan mas.

Hmmm…. Ternyata untuk berhasil dengan cepat, kita terbagi menjadi 4 dilihat dari segi caranya meraih keberhasilan. Apatah itu keduniawian maupun kemakrifatan.

Bagaimana caranya?

SATU, Usaha sendiri…. Ini cara yang paling buanyak dilakukan dan paling melelahkan, namun hasilnya pualing buanyak yang gagal, hahaha… Makanya jangan gunakan cara SATU.
Ada yang berhasil mas! Oh… Iya ada yang berhasil, selalu ada pengecualian, tapi gak buanyak.

DUA, Cari guru….. Ini cara yang paling cepat dan kemungkinan berhasilnya sangat tinggi. Tapi ada masalah sedikit disini, yaitu buanyaknya orang yang mengaku guru, mengajari layaknya guru (walau sebetulnya bukan, hehehe…), sehingga kita kesulitan membedakan mana yang guru mana yang bukan, ditambah lagi dengan terkadang yang bukan guru tampilan dan ngomongnya lebih WAH…. hahahaha….. Apa gak binun gua ma? Ha-ha-ha

TIGA, Kitab atau buku…. Ya…. Ini cara yang juga cepat walau tak secepat yang kedua. Namun kembali lagi, ada kendala disini. GAK TAU KITAB MANA YANG TEPAT, hehehe… atau kalau sudah menemukan kitab yang tepat, GAK PAHAM, hahahaha…… Pusing…. Pusing…

Ssssst, sebenarnya ada cara yang super2 cepat, yaitu menggabungkan seluruh cara diatas, inilah cara JALAN TOL SUKSES, Yang bila sukses dimaknai sebagai makrifat, maka inilah JALAN TOL MAKRIFAT. Makrifat disini bukan sekedar makrifat, bahkan FAHIM (istilah jawanya ngelontok, hehehe…), Makrifat yang sudah mendarah daging, atau diungkapkan dengan lain istilah Makrifat yang terus mengalami TAROQQI (peningkatan).

Ehmm…. Yang rekomended yang mana? Kalau cuma bisa milih satu dari sekian yang ada. Harus ngejar yang mana biar waktu tak terbuang banyak dan hasil optimal Tidak percuma? Nah…. Jawabannya adalah GURU, Walau sulit dijaman ini, cari!….
Eeit…. Bukan sulit karena sedikit ya, bukan! Sulit karena saking buanyaknya, sulit karena proses Milah milihnya itu, maka kalau sudah jumpa pegang erat. Jangan lepas! Istilah YAI serahkan kendalimu pada Sang Guru.

Dan…..

Jangan khawatir kawan, dengan berjumpa dengan guru yang tepat itu sudah luar biasa cepat kok. Hingga ada ungkapan seorang teman bilang, “Wis gakusah macam2, ngaji pada Romo Kyai Muslim setengah jam, makrifat!”. Sesimpel itu!. Just like that!….

Oh…. Ini dari tataran keumuman, kewajaran, sunnatullah, orang Sono menyebut hukum alam loh ya. Gak ada urusan kalau DIA punya kehendak lain, ya…. Semua jadi gak berlaku. Ya nggak? Oke kawan, sip!….

Berikutnya kita mau bicara, bisa gak wushul diketahui? Bisa gak kewalian diketahui? Dari mana?….

Wallahu a’lam…..

WUJUD (Yang ADA)

Sebelum ada segala sesuatu yang disebut ada dan tiada, hanya ada yang ADA.
Maka yang ada berkehendak menciptakan sesuatu. Diciptakan lah sesuatu itu, sesuatu itu bernama NUR MUHAMMAD.

Darimana Nur Muhammad itu diciptakan? Apakah dari ketiadaan? Kalaulah dari ketiadaan, berarti sebelum ada segala sesuatu, tidak hanya ada yang ADA, namun ada pula ketiadaan.

Hmmmm???? GAK MUNGKIN!!!

Bukankah telah jelas bahwa saat itu hanya ada yang ADA, sehingga dikala yang ada berkehendak menciptakan sesuatu, pastilah itu berasal dari yang ADA.

Bahwa ciptaan pertama itu bernama NUR MUHAMMAD, kadangkala disebut AKAL PERTAMA, kadang disebut KALAM, kadangkala juga disebut QUBDHO, atau apalah namanya, yang jelas dan pasti itu tercipta dari yang ADA. Tidak ada bahan lain, dan memang tidak ada yang lainNYA.

Kemudian dari Nur Muhammad itulah tercipta segala yang ada, baik yang disebut ada maupun tiada, segala keberadaan itu dibuat dan dicipta dari Nur Muhammad. Asal mula dari keberadaan.

Sehingga…. Dikala melihat segalanya, sadarilah bahwa itu adalah Nur Muhammad, sadarilah bahwa itu adalah yang ADA, itu adalah WUJUD.

Hmmmm…..

Cep🤫, jangan diucap? Cukup disadari saja.

Hargai Segalanya Karena itu …. Maujud

جزى الله عنا سيدنا محمد صلى الله عليه وآله وسلّم ما هو أهله، اللهم بجاهه ارنيه

SETELAH MAKRIFAT, TERUS?….(BAGIAN TERAKHIR)

Sebagaimana orang yang mendaki ke puncak dan setelah tibapun akan kembali maka demikian pula kiranya orang yang mendaki gunung kemakrifatan, setelah tiba dipuncakpun harus kembali ke daratan pergumulan kehidupan.

Demikianlah perjalanan insan dari baqa’ ke fana’ kemudian kembali ke baqa’. Maka menjadi sempurna bila terkumpul pada diri yang satu fana’ dan baqa’nya dikala baqa’ yang kedua.

Dia aktif dalam ibadah, namun tak lagi merasa ada.
Dia aktif bergaul dengan manusia, namun tak lagi melihat siapa.
Bahkan, dengan apa dan siapa saja, yang dirasakan hanya kebersamaanNya.
Dia senantiasa beralih dariNya ke kepadaNya dan di dalamNya (minhu, ilaihi, wa fihi)
Inilah maqam kumpul dan pisah bersamaan (Jam’u ma’ahu wafarqu ma’alghoir bihi)
Inilah maqam AL INSAN AL KAMIL,manusia sempurna dengan mencontoh suri tauladan sempurna.
Kebersamaannya dengan yang lain tak membuatnya berpisah dariNya, dan kebersamaanya denganNya tak membuatnya lupa dari lainNya.

Dengan bahasa yang lain, Insan yang menggabungkan antara syariat dan hakikat, perilaku dhohirnya sesuai syariat namun batinnya penuh dengan hakikat. menggabungkan antara suluk dan jadzbu, ibadahnya menggebu namun hatinya selalu bergantung dalam malakut.

Dalam perilaku ibadah, insan seperti inilah yang disebut HIDUPNYA DALAM SHOLAT dan tidak sekedar SHOLAT DALAM HIDUP. Atau istilah para pengamba (penempuh) jalan makrifat disebut SHOLAT DAIM.

TAMAT

SETELAH MAKRIFAT, TERUS?….(BAGIAN 5)

AIR GHOIB DAN MENGENAL MACAM KOTORAN (disarikan dari pengajian selosoan)

Seluruh kotoran, baik itu berupa kotoran nafsu, kotoran hati, kotoran ruh bahkan kotoran sir akan tersapu bersih dengan datangnya air ghoib. Gimana ceritanya? Hmmm….

Terkadang dengan mengenal yang diobati, terdeteksi pula kedudukan serta posisi yang mengobati. Daripada nya terkuak seberapa tinggi dan pentingnya posisi diri. Disamping juga obat mujarab yang bisa diberikan guna mengatasi dan menyembuhkan nya.

Hal yang menjijikkan atau kotoran atau penyakit tergantung daripada yang dikotori atau yang dijangkiti.

Kotoran nafsu, berupa keinginan keinginan atau kesenangan kesenangan yang bersifat inderawi, seperti makanan yang enak, rumah megah yang indah, kendaraan yang mewah, istri cantik yang gemulai seksi menawan, bahkan tak cukup satu kalau bisa empat ditambah. Yang kesemuanya buat berbangga bangga dihadapan lainnya. Itu semua adalah kotoran-kotoran nafsu.

Kotoran hati, berupa kesukaan menghadapnya manusia kepadanya, senang dipuji, dikedepankan, tak mau direndahkan, tak mau kalah, termasuk didalamnya senang riya’.

Kotoran ruh, ini lebih samar lagi, hingga kadang2 tak terasa dan tak sadar bila terjangkiti oleh yang satu ini. Antara lain hubbul karamah, senang dengan yang aneh-aneh, senang dengan mandinya ucapan dan kesukaan akan perasaan kualat bagi yang menentangnya, Hahahaha. Termasuk sukanya diri memiliki santri dan pengikut yang banyak.

Kotoran sir, kotoran-kotoran berupa cahaya, yang paling tampak darinya adalah ilmu. Senang dan bangga dengan banyaknya ilmu, juga amal. Termasuk didalamnya adalah senang menunjukkan hikmah, menyampaikan dan menulis hal2 yang samar dan bermanfaat. Namun lupa bahwa ada yang lebih tinggi dari ilmu dan hikmah itu, yaitu Al-Haq.

Kalau kembali lagi ke hal hal tersebut berarti kembali ke awal, mutar mutar dengan perasaan menanjak padahal kembali turun kedataran terjal dan curam. Itu semua perlu dibersihkan sebelum bisa naik ke jenjang yang lebih. Dengan apa? AIR GHAIB, atau ILMU BILLAH, atau ILMU NAFI’. Yaitu jangan lagi memandang yang lain sudah, lewati itu semua.

Nah…. Kalau sudah sedemikian, kita masuk ke pertanyaan penting nya. APA YANG MESTI DIWASPADAI? …..

Bersambung….

SETELAH MAKRIFAT, TERUS?….(BAGIAN 4)

Oke, sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita membicarakan keutamaan ilmu para pembesar langit ini.

Imam alJunaid berkata : jika mengetahui bahwa dibawah permukaan langit ada yang lebih mulia dari ilmu yang kita bicarakan dengan sahabat2 kita ini (tasawuf), maka aku akan berusaha mencarinya.

Syeikh Abdurrahman as Shalqi berkata : setiap orang yang membenarkan ilmu ini maka ia termasuk kalangan orang orang khusus, setiap orang yang memahaminya, termasuk golongan khusus diantara yang khusus, dan setiap orang yang mengungkapkan nya serta berbicara tentang nya maka ia adalah bintang yang tidak pernah ditemukan dan lautan yang tak pernah kering.

Imam Al-Ghazali berkata : tasawuf adalah wajib ain, karena setiap orang tidak terlepas dari aib dan dosa kecuali para nabi a.s.

Imam As- Syadzily berkata : Barang siapa tidak berusaha dengan susah payah masuk dalam ilmu ku ini, maka dia akan mati dan masuk kedalam golongan orang berdosa besar.

Tersebut dalam kitab alkanz fi masailis sufiyah bahwa Hanya ada satu ilmu yang dengannya seseorang akan merasa cukup, yaitu tasawuf. Setiap orang pasti membutuhkan ilmu ini disetiap waktu.

Karena tasawuf merupakan kemestian bagi setiap orang (fardlu ain), maka mesti mencari orang yang memiliki nya. Jika orang ini diketahui melalui pengajaran dan karena ditangan nya ‘obat’ menjadi masyhur ia wajib diikuti, meskipun kedua orang tua menentang perjalanan tersebut.

Tasawuf merupakan syarat untuk setiap ilmu, karena tak ada ilmu juga amal kecuali dengan benarnya menghadap (tawajjuh) pada Allah, dan ikhlas merupakan syarat untuk semua itu.

Manfaat ilmu tasawuf adalah mendidik dan mensucikan hati dan keutamaannya adalah bahwa ini ilmu yang paling utama karena kaitannya dengan Dzat yang maha luhur.

Orang yang mengkhususkan diri dalam penyucian hati dari berbagai penyakit, kotoran dan petaka, serta membersihkan nya dengan mengumpulkan sifat sifat baik, maka orang akan menyebutnya SUFI. Jalan mereka adalah mengambil yang terbaik dalam segala hal. Dan yang dimaksud dengan yang terbaik menurut mereka adalah yang paling menjaga dan menyelamatkan bagi agama mereka.

Bersambung….

SETELAH MAKRIFAT, TERUS?…. (BAGIAN 3)

Ada 3 istilah keren yang mesti diketahui, karena ini menyangkut 3 kondisi yang berbeda. Tidak sama.

  1. BAQA’ QOBLA FANA’ (Kekal sebelum Sirna), ini adalah kondisi diri yang belum berubah, kebersamaannya bukan bersama Al-Haq namun bersama dirinya dan segala yang ada. Walaupun ibadahnya tekun dan buanyak namun tetap itu dirasa lahir dari diri dan usahanya. Maka ibadah itu masih hitung-hitungan untung rugi. Keinginan keinginan nafsu masih ada disini. Istilah nya RU’YATUL HAQQI WAL KHOLQI (Memandang Al-Haq namun juga Makhluk). Kadang malah RU’YATUL KHOLQI TSUMMAL HAQQI (Memandang makhluk, baru kemudian Al-Haq) itupun kalau ingat 😀😀😉.
  2. FANA’ (Sirna), ini adalah kondisi setelah pengetahuan puncak yang disebut MAKRIFAT, yang setelah diraih maka nyata bahwa tidak ada bagian dirinya, apalagi yang lainnya dalam setiap amal dan perbuatannya. Semuanya murni LILLAH, MilikNya semata, dan itu disadarinya hingga tidak ada lagi pengakuan dan hitung-hitungan untung rugi serta lainnya. Apa itu?…. Dirinya sendiri sirna apalagi lainnya, didalamNya. Istilahnya ADAMUL KHOLQI (Ketiadaan makhluk) Atau RU’YATUL HAQQI BILA KHOLQI (Memandang Al-Haq tanpa makhluk), demikian Almukarrom AlArif Billah KH. Muslim Ikram mengistilahkan.
  3. BAQA’ BA’DA FANA’ (Kekal setelah sirna), inilah kondisi normal penuh amal namun sudah tak ada lagi pengakuan. Istilah Mahaguru kita RU’YATUL KHOLQI BILHAQQI (Memandang makhluk dengan Al-Haq).

Nah….. Kita masuk yang mana?….
Atau lebih tepatnya, kita DIMASUKKAN kekelompok yang mana? Jangan-jangan merasa masuk yang ke TIGA padahal sebenarnya SATU. Mengaku sudah baqa’ ba’da fana’ namun fana’ aja nggak? ….

Oh…. Mengaku dan merasa itu sami ta? sama sayang! Mohon maaf….

Mengaku memang enak, hehehehe…. namun bukti dari pengakuan itulah yang lebih penting. Ya nggak? Tapi ini bukti yang tidak mudah dibuktikan? MBULET GAK?…. 😀😀😀

Bersambung….

SETELAH MAKRIFAT, TERUS?….. (BAGIAN 2)

Dalam dunia cinta, Perkenalan adalah awal bukannya akhir. Dari perkenalan merambah naik menuju pertemuan-pertemuan, darinya berbunga ke percakapan dan saling memandang. Hmmm…. Mulailah kemudian terealisasikan akan rasa yang teralirkan, ada rindu dan gelisah, ada debaran dan kecamuk getaran merekah mengiring jantung tak tau arah menggelora. Selalu ingin berjumpa bermuwajaha. Yang ada hanya Dia, memandang siapa dan apa teringat Dia, oh…. Dia.

Dalam dunia traveling lain lagi cerita, petualangan pendakian gunung mengabarkan banyak hal. Saat memulai terasa biasa, ketika mulai mendaki mulai pula berat terasa. Siapa yang bisa bertahan bahkan berbunga bunga disana? Yakni yang mampu melihat dan menikmati suasana dalam pendakian. Wah … Indah nian lereng dan bukit2 terjal dengan aneka pepohonan merangkai dalam alunan. Sehingga tak terasa…. PUNCAKPUN DIRAIH…. HORE….

What are next? Apa selanjutnya….

Apa terus diatas gunung dan menghabiskan hidup disana? Ataukah turun kembali ke bawah untuk lagi beraktifitas seperti semula.
Hmmmm…..????

Ternyata…..

Kita akan kembali ke kehidupan semula kawan. Kembali bertani, kembali berdagang, kembali memegang pensil, ballpoint, kertas, dan komputer serta lain-lain nya.
Lalu Apa gunanya naik kepuncak? Kalau ujung2nya kembali kebawah dan bergelut bahkan berkubang kembali disini, dibawah? Apa hasilnya? Apa bedanya?
Hmmmmmm…… ????

Hop, ada yang berbeda, ada yang tidak sama. Karena setelah pendakian puncak itu, walau sudah tak disana namun ada yang selalu tertinggal darinya disini, disini, disini, iya… disini, disana dimana mana saja berada. Suasana puncak itu tetap tinggal, suasana keindahan, kesyahduan, kelegaan, kepuasan itu tetap tinggal dan tidak kemana-mana. AHA……

Inikah yang disebut baqa’ ba’da fana’?

Bersambung…..

SETELAH MAKRIFAT, TERUS?….

Dalam setiap pelajaran ketauhidan senantiasa digaungkan, bahwa Ma’rifat adalah puncak pencarian dan pencapaian.

Namun kemudian timbul beberapa pertanyaan mendasar, atau lebih kasarnya dibilang PROTES. Protes atas statement tersebut. Bukan karena apa, namun pertanyaan yang lumrah sebenarnya. Timbul dari pemikiran, ‘Iya kalau setelah sekian lama mencari, dan diujung usia menemukan. Bolehlah itu disebut PUNCAK pencarian dan pencapaian. Namun bagaimana halnya dengan perolehan orang yang baru belia dalam usia? Tetapkah itu disebut puncak sedang Rentang usia masihlah lama. Akankah setelah ini tidak ada lagi yang bisa dibuat dan dicapai. WHAT ARE NEXT? begitu anak muda sekarang menanyakan.

Bukankah tersebut kan bahwa AWALUDDIN MAKRIFATULLAH, Awal agama itu ma’rifatullah. Lalu bagaimana dengan statement MA’RIFAT ADALAH PUNCAK. Puncak apakah yang dimaksud?

Bersambung…..

Penghalang

Seluruh keberadaan yang ada ini adalah penghalang bagimu dari menyaksikan keberadaan dirimu sendiri, sedang keberadaan dirimu itu penghalang dari penyaksianmu terhadap keberadaanNya.

Jadi…. Ketahuilah! Bahwa….

Penghalangmu atas keberadaanNya itu bertingkat. Dari keberadaan semua yang ada, yang itu adalah selainmu, yang menghalangi bahkan dari penyaksianmu atas keberadaan mu. Juga keberadaan mu itu sendiri yang menghalangimu dari penyaksianmu terhadap keberadaan Nya.

Sedangkan DiriNya itu sendiri tidak pernah terhalang. Sebab seandainya ada penghalang yang mampu menghalangiNya, maka itu pastilah seauatu yang sungguh amat besar tiada terkira, sedangkan tidak ada yang lebih besar dari selainNya.

Paham? (Pinjam bahasa Kyai)
Nggeeeeh (jawabe santri, hehehehe)

Sungguh, dirimu itu terhalang darimu dengan sebab yang lain.
Sedang dirimu sendiri itu terhalang dariNya dengan sebab dirimu.

Maka….bayangkan! Bagaimana tebalnya penghalangmu dariNya?

Ayo!…. Lepaskan….
Lepaskan yang lain itu darimu, agar engkau bisa menyaksikanmu.
Kalau demikian, barulah engkau bisa melangkah lebih jauh dengan….
Lepaskan dirimu bahkan dari dirimu sendiri!

Pabila engkau mampu melakukannya, niscaya…. Barulah sekarang…..
Hmmmm……
Engkau berhasil….
Engkau sampai….
Engkau menyaksikanNya

PEMBUKTIAN

Disaat masalah melanda, disitulah letak pembuktian sebenarnya.
Disaat kerumitan menimpa, disitulah letak posisi kita sebenarnya.
Disaat himpitan menerpa, disitulah terbukti kita masih ada dimana?

Pabila disaat itu, kita sibuk dengan rangkaian rencana yang rapi tertata, oh… Berarti kita masih jauh.
Pabila disaat itu, kita sibuk dengan usaha persiapan bakal kemana, oh… Berarti kita masih jauh.
Pabila disaat itu, kita bahkan sibuk dengan lainnya, ya… Memang kita amat amat jauh.

Namun….
Bila disaat itu kita justru langsung spontan mengingatNya, hmmm…. Berarti kita dekat.
Namun….
Bila disaat itu kita lupa dengan lainnya, hmmm…. Berarti kita memang dekat.
Namun….
Bila disaat itu kita jangankan yang lain, kitanya sendiri saja sudah lupa, hmmm…. Ya itulah tanda nyata bahwa Dia begitu dekatnya.

Benarlah…
Dekatmu, akan mengeluarkan kamu darimu.
Dan jauhmu, akan menetapkanmu bersamamu.